oleh Nurhata
Sebuah manuskrip Alamat Gerhana asal Cirebon memprediksi kemungkinan yang akan terjadi jika muncul gerhana pada bulan Sa'ban atau Rowa (bulan Jawa). Awal bulan Sa'ban bila dikonversi ke penanggalan masehi, jatuh pada tanggal 7 April 2020. Itu bertepatan dengan kemunculan gerhana bulan penuh, sangat terang: pink supermoon.
Bunyi dari ramalan itu adalah: Lamon gerhana wulan atawa serngéngé ing wulan Sa'ban maka alamaté akéh wong pipisahan, lan akéh wong gawé becik, berkah, lan pada muji sukur maring Pangéran. Maka punahé panganan pasar, wédang. Maka dungané qunut telung pararadan.
Artnya, "Jika terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari pada bulan Sa'ban maka alamat banyak orang yang berpisah, namun banyak orang yang berbuat baik, [hidup] berkah, serta memuji dan bersyukur kepada Tuhan. Maka untuk mewujudkannya yaitu dengan bersedekah makanan pasar dan minuman. Maka doanya adalah kunut, sebanyak tiga kali".
Ramalan itu seakan mengajak masyarakat Indonesia, untuk memahami dan menerima situasi saat ini "harus berpisah" atau lock down, karena pandemi itu. Agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan "sudah krisis saatnya bakar" dan keberkahan melimpah, maka harus bersedekah makanan, minuman, obat, masker, dan semacamnya. Lebih afdal lagi jika membaca kunut sebanyak tiga kali. Itu sikap yang mesti diambil agar covid 19 lekas menghilang dari negeri ini.
Kebijakan pemerintah Indonesia terkait covid 19 masih pada tahap karantina wilayah. Terminologi lain dari karantina wilayah adaah social ditancing atau physical distancing. Masyarakat boleh berinteraksi dengan orang lain dengan catatan harus menjaga jarak aman. Sementara beberapa negara lain yang terkena serangan virus mematikan itu sudah menerapkan kebijakan loc kdown.
Mengembil hikmah dari ramalan di atas, paling tidak, kita bisa memulai dari diri sendiri, dari sekup terkecil, keluarga misalnya: berpisah untuk sementara waktu, di rumah saja, atau lock down.
Kita bisa saja tidak mempercayai ramalan itu. Namun, leluhur kita menjadikan ramalan primbon gerhana sebagai acuan untuk menghindarkan diri dari segala penyakit yang menyerang kapan pun dan dimana pun.
Wallahu a'alm.
Sebuah manuskrip Alamat Gerhana asal Cirebon memprediksi kemungkinan yang akan terjadi jika muncul gerhana pada bulan Sa'ban atau Rowa (bulan Jawa). Awal bulan Sa'ban bila dikonversi ke penanggalan masehi, jatuh pada tanggal 7 April 2020. Itu bertepatan dengan kemunculan gerhana bulan penuh, sangat terang: pink supermoon.
Bunyi dari ramalan itu adalah: Lamon gerhana wulan atawa serngéngé ing wulan Sa'ban maka alamaté akéh wong pipisahan, lan akéh wong gawé becik, berkah, lan pada muji sukur maring Pangéran. Maka punahé panganan pasar, wédang. Maka dungané qunut telung pararadan.
Artnya, "Jika terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari pada bulan Sa'ban maka alamat banyak orang yang berpisah, namun banyak orang yang berbuat baik, [hidup] berkah, serta memuji dan bersyukur kepada Tuhan. Maka untuk mewujudkannya yaitu dengan bersedekah makanan pasar dan minuman. Maka doanya adalah kunut, sebanyak tiga kali".
Ramalan itu seakan mengajak masyarakat Indonesia, untuk memahami dan menerima situasi saat ini "harus berpisah" atau lock down, karena pandemi itu. Agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan "sudah krisis saatnya bakar" dan keberkahan melimpah, maka harus bersedekah makanan, minuman, obat, masker, dan semacamnya. Lebih afdal lagi jika membaca kunut sebanyak tiga kali. Itu sikap yang mesti diambil agar covid 19 lekas menghilang dari negeri ini.
Kebijakan pemerintah Indonesia terkait covid 19 masih pada tahap karantina wilayah. Terminologi lain dari karantina wilayah adaah social ditancing atau physical distancing. Masyarakat boleh berinteraksi dengan orang lain dengan catatan harus menjaga jarak aman. Sementara beberapa negara lain yang terkena serangan virus mematikan itu sudah menerapkan kebijakan loc kdown.
Mengembil hikmah dari ramalan di atas, paling tidak, kita bisa memulai dari diri sendiri, dari sekup terkecil, keluarga misalnya: berpisah untuk sementara waktu, di rumah saja, atau lock down.
Kita bisa saja tidak mempercayai ramalan itu. Namun, leluhur kita menjadikan ramalan primbon gerhana sebagai acuan untuk menghindarkan diri dari segala penyakit yang menyerang kapan pun dan dimana pun.
Wallahu a'alm.
Advertisement
EmoticonEmoticon